“Sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangannya, anak didik bisa dibina untuk meningkatkan kepekaan dan mengasah kemampuan emosional dan intelektual dalam menghadapi berbagai permasalahan sosial.” Demikian ujar Anita Lie, Dosen Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya dalam acara seminar yang mengambil tema “Home Schooling, Mengembalikan Peran Keluarga Dalam Pendidikan Anak”, hari kamis, 13 desember 2007 di Gedung Serba Guna BPPLSP regional IV.
Acara seminar yang dibuka oleh Kepala BPPLSP, Harun Al Rasyid ini merupakan salah satu dari serangkaian acara yang dikemas dalam kegiatan Gebyar Unjuk Karya Pendidikan Non Formal 2007. Dalam acara tersebut ditampilkan hasil karya dari kelompok belajar program keaksaraan, program life skills, program kesetaraan dan program rintisan lainnya di lingkungan pendidikan non formal, yang dibina oleh SKB, UPT PKB, TLD dan Penilik di wilayah regional IV Surabaya. “Alhamdulillah, hasil karya yang dipamerkan juga terjual habis. Pengunjung pameran juga tertarik untuk melihat mobil yang digunakan untuk belajar, biasa disebut kelas berjalan dan Taman Bacaan Keliling.” Kata seorang panitia ditengah-tengah kesibukannya mengawasi pameran yang digelar setiap tahun sekali dalam rangka pencitraan kelembagaan.
Unjuk Karya yang dihadiri oleh Kepala Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Timur dan Direktur Kesetaraan serta Direktur PTK-PNF, Selain menampilkan hasil ketrampilan, masing-masing daerah juga mempertontonkan kebolehannya dalam bidang tarik suara dan tarian tradisionalnya. “Tentu saja tampilan budaya Bali sangat menyita perhatian pengunjung pameran.” Ujar undangan dari dinas pendidikan.
Pada kesempatan yang sama juga digelar lomba pembuatan media belajar bagi para Tutor dalam rangka upaya meningkatkan kompetensi Tutor menyongsong berlakunya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan serta Permendiknas nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk pendidikan dasar dan menengah.
Kegiatan Gebyar Unjuk Karya Pendidikan Non Formal 2007 ini sekaligus menandai perubahan nama kelembagaan, dari BPPLSP menjadi BPPNFI (Balai Pengembangan Pendidikan Non Formal dan Informal).
Seiring berubahnya nama, wilayah kerjanya pun mengalami pengurangan, dari lima propinsi menjadi dua propinsi, yaitu Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur, sedang yang lain rencananya akan berdiri bergabung dengan dua BPPNFI yang akan dibentuk, yaitu BPPNFI Nusa Tenggara Barat dan BPPNFI Kalimantan Selatan.
Dengan bertambahnya BPPNFI diharapkan akan semakin meningkatnya pelaksanaan good governance, akuntabilitas dan pencitraan publik yang sampai sekarang sedang mencari bentuknya melalui berbagai media sosialisasi, diantaranya mengadakan gebyar unjuk karya pendidikan non formal 2007 yang rencananya akan dijadikan tradisi tahunan dalam rangka memacu kreatifitas insan Pendidikan Non Formal yang diharapkan akan berdampak pada peningkatan kinerja.
Sumber: http://www.bpplsp-reg4.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=42&Itemid=1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar