Taman Kanak-kanak merupakan lembaga pendidikan yang pertama kali ditemui anak setelah ia mempunyai kesempatan keluar dari lingkungannya yang pertama yaitu bersama orang tuanya di dalam keluarga. Sementara itu orang tua ingin mengembangkan semaksimalUntuk kepentingan ini, diperlukan adanya sarana pembelajaran (media) yang efektif, metode pembelajaran (metodologi) yang praktis dan pemberi pembelajaran (orang tua atau guru) yang inovatif.
Dalam sistem pendidikan di Taman Kanak-kanak digunakan kurikulum. Sangat disayangkan belakangan ini pelaksanaan dari kurikulum Taman Kanak-kanak sangat kaku, ditambahnya lagi adanya tren bahwa Taman Kanak-kanak yang baik adalah yang memiliki kegiatan kurikuler yang padat ditambah dengan kegiatan ekstrakurikuler yang juga padat. Betul bahwa kurikulum perlu dilaksanakan dan diperkaya, namun seharus nya dilakukan dengan meletakkan anak sebagai sentral dalam pendidikan itu sendiri, agar potensi dasar mereka yaitu kreativitas dan imajinasinya dapat berkembang dengan baik.
Suatu kenyataan bahwa sampai sekarang sarana pembelajaran di Taman Kanak-kanak belum ada yang memadai dalam arti menyangkut pengembangan potensi. Kalaupun ada, sarana tersebut merupakan bagian yang terpotong-potong atau sekedar alat peraga atau berupa lembar kegiatan anak yang semuanya berbentuk parsial. Padahal, anak dalam pengembangan potensinya yang meliputi pengembangan otak kiri dan otak kanan secara seimbang memerlukan sarana yang benar-benar dirancang dan ditampilkan secara efektif.
Sedangkan dengan metode pembelajaran yang selama ini berlaku, kreativitas anak sering diintervensi oleh para guru. Di Taman Kanak-kanak yang terutama dilatih adalah penerimaan pengetahuan, ingatan dan penalaran saja. Anak-anak pun menjadi robot. Padahal dengan kreativitas seorang naka dapat mewujudkan dirinya, dan perwujudan diri merupakan kebutuhan pokok pada tingkat tertinggi dalam hidup manusia.
Selain itu, ada hal lain yang tak kalah pentingnya yang selama ini tersisihkan dari pendidikan anak, yaitu muatan keagamaan (akidah, ibadah, muamalah) yang seharusnya terintegrasi dengan muatan kurikuler. Padahal, anak adalah calon penguasa bumi (khalifatullah fi ardh). Kasi ayat al-baqarah 30. Persipan ke arah itu sudah seharusnya dilakukan sejak dini. Dengan tersisihnya pendidikan keagamaan itu, anak tidak memiliki landasan kuat dalam menghadapi perubahan dunia. Padahal Allah swt tidak akan mengubah nasib suatu kaum jika bukan kaum itu sendiri yang mengubahnya.
Pengembangan potensi dasar anak sangat perlu dilandasi dengan warna dan rasa agama agar pada akhirnya dapat ditampilkan pribadi-pribadi yang berakhlak mulia serta kreatif imajinatif ilahiah. Sosok pribadi yang berguna bagi dirinya maupun agama dan bangsa. Dengan demikian diperlukan adanya sarana yang mengembangkan kreativitas dan imajinasi serta penuh dengan nuansa agama yang masih belum kita temukan secara memadai.
Model Sistem Pembelajaran Kreatif Imajinatif adalah model pembelajaran yang memberikan rangsangan secara seimbang antara otak kiri dan otak kanan sehingga potensi dasar anak terutama kreativitas dan imajinasinya dapat berkembang secara seimbang dengan memberikan sentuhan-sentuhan Islami pada kognisi, afeksi dan psikomotor anak. Rangsangan-rangsangan dan sentuhan tersebut disajikan dalam pembinaan akidah, ibadah dan muamalah yang disampaikan dengan cara yang mengasyikkan sehingga anak akan merasakan kenikmatan hidup beragama.
Sarana yang dipersiapkan bagi Model Sistem Pembelajaran Kreatif Imajinatif di TK disusun berdasarkan Kurikulum, psikologi perkembangan anak dan konsep pembelajaran kreatif imajinatif yang diintegrasikan dengan materi agama dan kemampuan dasar anak.
kreativitas anak hrs di tingkah...
BalasHapusbukan di bunuh ...........
byk dilapang sering saya liat kreativitas anak malah guru nya sendiri yang mbunuh nya......
anak tk hrs bisa mbaca,sedang mrk hanya mmperkenalkan saja....
tdk ada mperkosa an hak anak.......
biarkan mrk bkembang sesuai denga tingkat usia,nya...............