Bahasa merupakan satu hal paling penting dalam kehidupan manusia karena manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan manusia lain untuk bertahan hidup. Tak satupun manusia yang bisa hidup sendiri. Bagaimana dengan Tarzan? Ah.. itu hanya karangan fiksi sebagai pengantar tidur anak- anak kita. Kalaupun anda bicara tentang Romus dan Romulus dari Italia yang mendirikan kota Roma yang konon di asuh serigala, mereka hanya mampu berbicara dengan srigala "pengasuhnya" dan ini juga secara tidak langsung mengatakan bahasa berperan sebagai alat untuk bertahan Romus dan Romulus di tengah hutan penuh serigala.
Bahasa sendiri meupakan sebuah kesatuan yang dibentuk dari berbagai unsur dan elemen yang dikenal sebagai Components( komponen) dan skills(keahlian). Components disini berarti sebagai element pembentuk suatu bahasa dan secara singkat nya merupakan dasar yang harus dicapai / dikuasai sebelum menuju kemampuan/ keahlian berbahasa. Ditahap ini, peserta pembelajaran harus menguasai 3 unsur dasar, yaitu Vocabulary (kosakata), Pronunciation(pelafalan) dan Grammar/ Structure (Struktur kalimat). 3 komponen ini merupakan basic untuk menuju tahapan berikutnya yang merupakan skills. Skills sendiri terdiri dari 4 unsur yang membentuknya yaitu Reading, Speaking, Listening dan Writing. Keempat skills ini merupakan indikator yang jelas untuk melihat kemampuan anak berbahasa khususnya bahasa inggris.
Di indonesia, merupakan tren disaat ini untuk mencatumkan -bagi sebagian besar Sekolah Dasar- pelajaran bahasa inggris sebagai muatan lokal yang artinya para anak didik tadi harus mempelajari Bahasa Inggris sebagai salah satu mata pelajaran "yang dipilihkan" dan harus mereka pelajari seperti mata pelajaran lain. Para praktisi pendidikan beranggapan bahawa inggris merupakan salah satu bahasa yang paling penting karena beberapa faktor yang dominan seperti literatur berbagai ilmu pengetahuan yang umumnya berbahasa inggris, dan hal yang paling sederhana adalah buku petunjuk penggunaan alat electronic yang selalu memakai bahasa inggris.
Buku sendiri merupakan hal paling penting dalam pembelajaran. Bahkan ada penerbit yang memakai motto B - B = 0 yang artinya belajar tanpa buku sama dengan nol. Mungkin beberapa dari kita akan berpikir, ah itu hanya motto agar buku mereka laku keras dipasaran. Itu tak sebenarnya betul, kalau kita mau memahami makna yang lebih mendalam dan tidak hanya melihat surfacenya saja pasti kita akan bisa bayangkan anak- anak hanya belajar di sekolah saja yang notabene waktunya hanya seperempat dari keseluruhan waktu mereka sehari dan itu dikarenakan mereka tidak mempunyai buku yang menunjang ataupun sebagai "guru" ketika mereka belajar ataupun mengulang pelajaran yang akan mereka pelajari besok.
Pemerintahpun tidak menutup mata akan pentingnya hal ini. Setelah Biaya Operasional sekolah diterapkan di tahun 2004 untuk membantu siswa pendidikan dasar (SD dan SMP) di tahun 2007 untuk biaya pendidikan khususnya berbagai macam iuran yang ada di pendidikan dasar, pemerintah menurunkan anggaran pendidikan kedua yang berfungsi membantu siswa tidak mampu untuk pengadaan buku yang lebih dikenal dengan nama BOS buku (Biaya opoerasional sekolah untuk buku).
Bermunculannya berbagai macam penerbit buku dari A sampai Z yang mempromosikan buku mereka dan memberikan berbagai bonus mulai study banding ataupun study tour buat para pengajar ke berbagai tempat yang diyakini sebagai tempat bagus untuk mencari tambahan ilmu dan teknik baru yang mungkin cocok diterapkan disekolah mereka masing- masing juga merupakan salah satu strategi pemasaran baru untuk mencapai target penjualan penerbit. Para penerbit seolah berlomba memasarkan buku mereka dan ini tentu saja akan menambah berat beban pendidik kita untuk memilah dan memilih buku yang layak dengan kebutuhan para peserta didiknya.
Untuk sekolah Dasar sendiri, merupakan pasar yang menarik karena jumlah peserta didik yang diatas kertas berjumlah lumayan besar dan ini berarti juga merupakan keuntungan yang berlipat juga bagi penerbit. Mulai buku yang sifatnya buku penunjang pokok sampai dengan buku kerja yang istilah nya Lembar Kerja Siswa (LKS) menyerbu seluruh Sekolah Dasar.
Berbagai jenis dan tatanan buku yang masuk ke sekolah pada umumnya sudah mencakup pada seluruh komponen dan skills yang harus dikuasai siswa ditingkat tertentu, tetapi pada umumnya penekana itu terlihat secar merata. Artinya tidak ada satu komponen atau skill yang harus dikuasaai lebih dahulu. Semua komponen dan skills harus dikuasai secara bersama- sama. Semua siswa tanpa terkecuali harus mempelajari speaking dan vocabulary atau yang lain dalam waktu yang bersamaan walaupun yang dimaksud speaking disini adalah sebuah kalimat yang sangat sederhana. Anda bisa membayangkan bagaiman susahnya anak SD untuk melafalkan berbagai kata yang menyusun kalimat secara benar dan "harus" sama dengan pelafalan native (orang Inggris asli) tanpa mengindahkan bahwa orang Indonesia punya cengkok khusus yang sangat sulit menghilangkannya.
Sering kita temui anak- anak kita yang masih duduk dibangku Sekolah Dasar menuliskan angka satu dalam bahasa inggris dengan kata "wan" yang jelas sekali terlihat betapa lemahnya penguasaan mereka terhadap vocabulary yang harusnya mereka paham pelafalan dan bagaimana ejaan yang sesuai.
Sangatlah penting untuk berkoreksi diri dan melihat serta mencermati segala sesuatu. Ketika anak melakukan kesalahan- yang mungkin bagi sebagian besar guru- fatal, tidaklah salah jika kita melihat pokok persoalannya. Dimana salahnya? Pasti kita akan secara jelas mengatakan kemampuan kosakata tidak hanya dalam pemahaman arti kata tapi juga dalam penulisan kosakata yang benar dan penggunaanya.
Buku penunjang pokok maupun lembar kerja siswa pada umumnya memuat keseluruhan pokok materi baik komponen maupun skill tanpa adanya pembagian yang khusus mana yang harus didahulukun. Semuanya diberikan secara terintegral dan secara implisit menyiratkan guru harus memilih sendiri materi yang diperlukan.
Kosakata sendiri diberikan secara monoton- selalu sama cara dan penggunaannya- dari satu bab ke bab yang selanjutnya. Penulis dan penerbit cenderung menggunakan gambar dan setelah itu meminta siswa menjodohkan kata dan artinya.
Yang patut dipertimbangkan disini ialah tingkat kebosanan siswa yang selalu mendapatkan kosakta dengan cara yang cenderung stagnan dari bab ke bab dan bahkan ada beberapa buku yang mencantumkan gambar dengan keterangan tulisan yang berbeda antara satu gambar dengan gambar lain. Tidak ada pembedaan mana gambar plural ataupun singular. Semuanya ditulis berdasarkan gambar. Bahkan ada beberapa buku yang langsung menuliskan kosakata langsung berintegral dalam kalimat sederhana. Padahal dalam laporan hasil pembelajaran ada beberapa aspek yang harus dinilai. Bagaimana kita sebagai tenaga pengajar mampu menilai tiap aspek jika unsur penilaiannya dibuat terintegral tanpa adanya pembagian yang jelas?
Masalah akan semakin kompleks ketika pengajar bahasa inggris di tingkat Sekolah Dasar cenderung "menurut" terhadap buku yang artinya 'kemarin saya mengajar halaman sekian dan untuk pertemuan berikutnya harus ke halaman berikutnya.' Ini menandakan ketidakmampuan pengajar untuk memilih dan memilah mana yang harus diberikan dan mana yang harus menunggu untuk diberikan.
Waktu yang diberikan untuk muatan lokal sendiri hanya 2x35 menit dalam satu minggu yang artinya dalam satu minggu siswa hanya mendapat kan watu 70 menit untuk mempelajari berbagai komponen dan skill dalam bahasa inggris. Dalam waktu yang sepersekian jam itu para siswa SD dituntut untuk mampu menuliskan melafalkan ataupun mengubah sebuah kata sederhana bahasa inggris kedalam sebuah kalimat sederhana dengan susunan yang tepat.
Kebijakan pemerintah yang cukup memberikan angin segar dewasa ini ialah pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran yang secara bebas bisa didefinisikan guru bisa mengembangkan berbagai materi yang sesuai dengan lingkungan sekitar dan sekaligus penilaianya. Guru berubah menjadi tokoh sentral untuk mengembangkan berbagai indikator untuk mencapai kompetensi dasar tertentu. Jadi dalam hal ini, peran guru bahasa inggris untuk memilih dan memilah mana yang harus diajarkan dan mana yang harus menunggu untuk diajarkan merupakan kunci sukses siswa dalam pembelajaran bahasa Inggris.
Sumber:http://rifdeweb.net23.net/artikel/9/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar